Salah satu program yang akan dilaksanakan BEM-FAI dan LANSKAP pada tahun ini adalah Program Pendidikan Hidup Sehat Bagi Anak (PHSBA). Program ini merupakan lanjutan dari program yang telah dilakukan tahun lalu, yang dinilai cukup bermanfaat dan perlu terus digulirkan.
Suatu harapan ketika budaya sudah tertanam maka menjaga kesehatan akan menjadi pilihan hidup walaupun permasalahan ekonomi, pendidikan dan budaya lain menjadi tantangannya. Permasalahannya untuk seorang anak, budaya tidak dapat disampaikan hanya dengan mengandalkan pendidikan formal tetapi diperlukan banyak latihan (anak bisa karena biasa).
Hal inilah yang melandasi BEM-FAI UNIS Tangerang dan LANSKAP menjawab kebutuhan tersebut lewat program PHSBA. Melalui program ini, anak-anak akan digalang menjadi satu barisan kader cinta lingkungan sehat. Pendekatan interaktif, variatif dan inovatif dikembangkan dalam implementasinya.
Untuk mencapai target dan sasaran secara maksimal, maka disamping menyiapkan materi pendidikan yang efektif, kemampuan seorang tutor atau pembimbing juga menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Selain harus menguasai materi, seorang tutor juga dituntut untuk mampu memahami karakter dan kondisi psikologis anak didiknya agar pendekatan yang dilakukan dapat diserap, dicerna dan dilaksanakan secara tepat dan maksimal.
Untuk memenuhi harapan tersebut, maka sebelum program PHSBA dilaksanakan, para relawan yang rata-rata adalah mahasiswa FAI UNIS diberi pembekalan dan pelatihan. Acara pembekalan relawan dilaksanakan pada 22 Desember 2007 bertempat di Aula Utama UNIS Tangerang.
Beberapa pemateri dari dalam dan luar kampus tampil memberikan materi seputar persiapan kegiatan PHSBA. Direktur Eksekutif LANSKAP, Gatot Yan. S yang juga diminta memberikan materi pada acara pembekalan ini hadir dengan menyampaikan materi bertema “Penguatan Aksi dan Kapasitas Relawan”. Oleh karena materi yang diberikan dari panitia bersifat motivating, maka Gatot lebih banyak menyampaikan hal-hal yang menekankan akan penting dan mulianya kegiatan volunteerism.
Relawan atau volunteer menurut Gatot adalah orang yang mempunyai pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta sikap-sikap tertentu mengenai sebuah persoalan, dan mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan itu untuk usaha perwujudan Hak-hak rakyat dalam rangka mendorong dan memperkuat masyarakat agar mandiri dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Sementara Mahasiswa, kata Gatot merupakan aset intelektual yang dapat menjadi motor bagi munculnya gerakan-gerakan masyarakat sipil untuk mendorong terjadinya perubahan yang lebih nyata dan memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dalam hal pengetahuan, sikap, tindakan dan pola hidup.
Relawan, lanjut Gatot, dibutuhkan sebagai reaksi atas ketidakberdayaan hukum untuk memahami & menangkap asumsi-asumsi sosial dalam mewujudkan Hak-hak rakyat yang secara jelas telah diakui hukum. Selain itu, adanya hambatan akses keadilan bagi masyarakat miskin, serta posisi masyarakat miskin yang timpang terhadap pembuat kebijakan dan cenderung selalu menjadi korban membuat kehadiran relawan masih sangat dibutuhkan di Indonesia.
Disamping menyampaikan tentang peran dan fungsi relawan, Gatot juga menekankan agar para relawan hendaknya senantiasa memegang kode etik dalam melakukan setiap aksinya. Menurut Gatot, setidaknya ada 5 Kode Etik yang harus dijunjung tinggi oleh para relawan yaitu: Memegang prinsip-prinsip HAM dan berperspektif gender; Mengutamakan kepentingan konstituen/basis; Tidak memberikan pengharapan yang berlebihan; Konsep pemberdayaan dan; bersifat Nonprofit.
Selain memaparkan seputar kegiatan volunteerism, Gatot juga menekankan pentingnya mahasiswa melakukan kegiatan pengorganisasian rakyat. Organisasi Rakyat menurut Gatot memiliki peran antara lain: Menuntut secara bersama-sama hak-hak mereka yang telah dijamin hukum negara; Mengungkapkan kesenjangan antara norma hukum dengan prakteknya di lapangan; Menolak keseweng-wenangan yang kerap dilakukan penguasa; Membela diri sendiri terhadap orang-orang/kelompok yang sering kali menggunakan hukum untuk tujuan subyektif dan; Menuntut pembagian sumber daya politik secara adil dari penyelenggara negara.
Pada bagian akhir presentasinya, Gatot Yan mengingatkan agar para relawan harus memiliki sikap dan kepribadian yang dapat menjaga kredibilitasnya. Sikap dan kepribadian tersebut menurut Gatot antara lain: Memiliki kepribadian yang jujur dan penuh simpati dengan kelompok masyarakat setempat; Berpikir analitis dan obyektif sehingga dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi masyarakat; Kreatif dalam mencari cara-cara di mana hukum dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat; Loyal dan committed terhadap pekerjaannya; Bersedia untuk dikritik dan mengkritik diri sendiri; Percaya diri dan penuh inisiatif dan; Bersikap terbuka dan fleksibel dalam hubungan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Suatu harapan ketika budaya sudah tertanam maka menjaga kesehatan akan menjadi pilihan hidup walaupun permasalahan ekonomi, pendidikan dan budaya lain menjadi tantangannya. Permasalahannya untuk seorang anak, budaya tidak dapat disampaikan hanya dengan mengandalkan pendidikan formal tetapi diperlukan banyak latihan (anak bisa karena biasa).
Hal inilah yang melandasi BEM-FAI UNIS Tangerang dan LANSKAP menjawab kebutuhan tersebut lewat program PHSBA. Melalui program ini, anak-anak akan digalang menjadi satu barisan kader cinta lingkungan sehat. Pendekatan interaktif, variatif dan inovatif dikembangkan dalam implementasinya.
Untuk mencapai target dan sasaran secara maksimal, maka disamping menyiapkan materi pendidikan yang efektif, kemampuan seorang tutor atau pembimbing juga menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Selain harus menguasai materi, seorang tutor juga dituntut untuk mampu memahami karakter dan kondisi psikologis anak didiknya agar pendekatan yang dilakukan dapat diserap, dicerna dan dilaksanakan secara tepat dan maksimal.
Untuk memenuhi harapan tersebut, maka sebelum program PHSBA dilaksanakan, para relawan yang rata-rata adalah mahasiswa FAI UNIS diberi pembekalan dan pelatihan. Acara pembekalan relawan dilaksanakan pada 22 Desember 2007 bertempat di Aula Utama UNIS Tangerang.
Beberapa pemateri dari dalam dan luar kampus tampil memberikan materi seputar persiapan kegiatan PHSBA. Direktur Eksekutif LANSKAP, Gatot Yan. S yang juga diminta memberikan materi pada acara pembekalan ini hadir dengan menyampaikan materi bertema “Penguatan Aksi dan Kapasitas Relawan”. Oleh karena materi yang diberikan dari panitia bersifat motivating, maka Gatot lebih banyak menyampaikan hal-hal yang menekankan akan penting dan mulianya kegiatan volunteerism.
Relawan atau volunteer menurut Gatot adalah orang yang mempunyai pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta sikap-sikap tertentu mengenai sebuah persoalan, dan mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan itu untuk usaha perwujudan Hak-hak rakyat dalam rangka mendorong dan memperkuat masyarakat agar mandiri dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Sementara Mahasiswa, kata Gatot merupakan aset intelektual yang dapat menjadi motor bagi munculnya gerakan-gerakan masyarakat sipil untuk mendorong terjadinya perubahan yang lebih nyata dan memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dalam hal pengetahuan, sikap, tindakan dan pola hidup.
Relawan, lanjut Gatot, dibutuhkan sebagai reaksi atas ketidakberdayaan hukum untuk memahami & menangkap asumsi-asumsi sosial dalam mewujudkan Hak-hak rakyat yang secara jelas telah diakui hukum. Selain itu, adanya hambatan akses keadilan bagi masyarakat miskin, serta posisi masyarakat miskin yang timpang terhadap pembuat kebijakan dan cenderung selalu menjadi korban membuat kehadiran relawan masih sangat dibutuhkan di Indonesia.
Disamping menyampaikan tentang peran dan fungsi relawan, Gatot juga menekankan agar para relawan hendaknya senantiasa memegang kode etik dalam melakukan setiap aksinya. Menurut Gatot, setidaknya ada 5 Kode Etik yang harus dijunjung tinggi oleh para relawan yaitu: Memegang prinsip-prinsip HAM dan berperspektif gender; Mengutamakan kepentingan konstituen/basis; Tidak memberikan pengharapan yang berlebihan; Konsep pemberdayaan dan; bersifat Nonprofit.
Selain memaparkan seputar kegiatan volunteerism, Gatot juga menekankan pentingnya mahasiswa melakukan kegiatan pengorganisasian rakyat. Organisasi Rakyat menurut Gatot memiliki peran antara lain: Menuntut secara bersama-sama hak-hak mereka yang telah dijamin hukum negara; Mengungkapkan kesenjangan antara norma hukum dengan prakteknya di lapangan; Menolak keseweng-wenangan yang kerap dilakukan penguasa; Membela diri sendiri terhadap orang-orang/kelompok yang sering kali menggunakan hukum untuk tujuan subyektif dan; Menuntut pembagian sumber daya politik secara adil dari penyelenggara negara.
Pada bagian akhir presentasinya, Gatot Yan mengingatkan agar para relawan harus memiliki sikap dan kepribadian yang dapat menjaga kredibilitasnya. Sikap dan kepribadian tersebut menurut Gatot antara lain: Memiliki kepribadian yang jujur dan penuh simpati dengan kelompok masyarakat setempat; Berpikir analitis dan obyektif sehingga dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi masyarakat; Kreatif dalam mencari cara-cara di mana hukum dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat; Loyal dan committed terhadap pekerjaannya; Bersedia untuk dikritik dan mengkritik diri sendiri; Percaya diri dan penuh inisiatif dan; Bersikap terbuka dan fleksibel dalam hubungan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.